Jumat, 23 Juli 2010

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN LARI JARAK PENDEK 100 METER SISWA MELALUI PENDEKATAN BERMAIN PADA SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 4 LAHAT

1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, mahluk total, daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya.
Pada kenyataannya, pendidikan jasmani adalah suatu bidang kajian yang sungguh luas. Titik perhatiannya adalah peningkatan gerak manusia. Lebih khusus lagi, penjas berkaitan dengan hubungan antara gerak manusia dan wilayah pendidikan lainnya: hubungan dari perkembangan tubuh-fisik dengan pikiran dan jiwanya. Fokusnya pada pengaruh perkembangan fisik terhadap wilayah pertumbuhan dan perkembangan aspek lain dari manusia itulah yang menjadikannya unik.
Tidak ada bidang tunggal lainnya seperti pendidikan jasmani yang berkepentingan dengan perkembangan total manusia. Pendidikan jasmani diartikan dengan berbagai ungkapan dan kalimat. Namun esensinya sama, yang jika disimpulkan bermakna jelas, bahwa pendidikan jasmani memanfaatkan alat fisik untuk mengembangan keutuhan manusia. Dalam kaitan ini diartikan bahwa melalui fisik, aspek mental dan emosional pun turut terkembangkan, bahkan dengan penekanan yang cukup dalam. Berbeda dengan bidang lain, misalnya pendidikan moral, yang penekanannya benar-benar pada perkembangan moral, tetapi aspek fisik tidak turut terkembangkan, baik langsung maupun secara tidak langsung. Karena hasil-hasil kependidikan dari pendidikan jasmani tidak hanya terbatas pada manfaat penyempurnaan fisik atau tubuh semata, definisi penjas tidak hanya menunjuk pada pengertian tradisional dari aktivitas fisik. Kita harus melihat istilah pendidikan jasmani pada bidang yang lebih luas dan lebih abstrak, sebagai satu proses pembentukan kualitas pikiran dan juga tubuh.
Pendidikan jasmani ini karenanya harus menyebabkan perbaikan dalam ‘pikiran dan tubuh’ yang mempengaruhi seluruh aspek kehidupan harian seseorang. Pendekatan holistik tubuh-jiwa ini termasuk pula penekanan pada ketiga domain kependidikan: psikomotor, kognitif, dan afektif.
Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan guru harus dapat mengajarkan berbagai keterampilan gerak dasar, teknik dan strategi permainan olahraga, internalisasi nilai-nilai (sportifitas, jujur kerjasama, dan lain-lain) dari pembiasaan pola hidup sehat.
Pelaksanaannya bukan melalui pengajaran konvensional di dalam kelas yang bersifat kajian teoritis, namun melibatkan unsur fisik mental, intelektual, emosional dan sosial. Aktivitas yang diberikan dalam pengajaran harus mendapatkan sentuhan dikdakdik-metodik, sehingga aktivitas yang dilakukan dapat mencapai tujuan pengajaran. Melalui pendidikan jasmani diharapkan siswa dapat memperoleh berbagai pengalaman untuk mengungkapkan kesan pribadi yang menyenangkan, kreatif, inovatif, terampil, meningkatkan dan memeliharan kesegaran jasmani serta pemahaman terhadap gerak manusia.

Adanya ruang lingkup mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dalam kurikulum 2004 untuk jenjang SD/MI, SMP/MTs, dan SMA MA sebenarnya sangat membantu pengajar pendidikan jasmani dalam mempersiapkan, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan siswa. Adapun ruang lingkup pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan meliputi aspek permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, uji diri / senam, aktivitas ritmik, aktivitas ritmik, akuatik (aktivitas air) dan pendidikan luar kelas.
Sesuai dengan karakteristik siswa SMP, usia 12 – 16 tahun kebanyakan dari mereka cenderung masih suka bermain. Untuk itu guru harus mampu mengembangkan pembelajaran yang efektif, disamping harus memahami dan memperhatikan karakteristik dan kebutuhan siswa.
Pada masa usia tersebut seluruh aspek perkembangan manusia baik itu kognitif, psikomotorik dan afektif mengalami perubahan. Perubahan yang paling mencolok adalah pertumbuhan dan perkembangan fisik dan psikologis. Agar standar kompetensi pembelajaran pendidikan jasmani dapat terlaksana sesuai dengan pedoman, maksud dan juga tujuan sebagaimana yang ada dalam kurikulum, maka guru pendidikan jasmani harus mampu membuat pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Untuk itu perlu adanya pendekatan, variasi maupun modifikasi dalam pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas, penulis melakukan penelitian dengan judul Upaya meningkatkan kemampuan lari jarak pendek 100 meter siswa melalui pendekatan bermain pada siswa kelas vii di smp negeri 4 lahat Tahun Pelajaran 2009/2010.
Dalam penelitian ini yang ditekankan adalah kemampuan siswa dalam melakukan lari jarak pendek terutama sprint 100 meter. Menurut sumber dari http://js.docstoc.com/docs/1991294/2-Pengembangan-Perangkat-Penilaian Psikomotor270208 ada beberapa yang harus diperhatikan dalam pembelajaran lari sprint 100 meter diantaranya, Posisi lutut waktu jongkok, Posisi tangan waktu jongkok, Posisi punggung waktu jongkok, Pandangan mata saat start, Posisi tungkai saat aba-aba siap, Gerakan kaki dan tangan saat mulai lari, Posisi lutut saat kaki kiri menolak pada waktu lari dimulai, Kecepatan gerakan kaki kanan setelah kaki kiri digerakkan, Jangkauan ayunan dan ketinggian kaki kanan, Posisi lutut saat kaki kanan mendarat di tanah, Keadaan lutut kaki belakang saat menolak ke depan, Keadaan telapak kaki saat kaki depan menapak ke tanah, Sumber ayunan lengan saat lari, Posisi siku saat lari, Posisi badan saat lari, Gerakan kaki saat masuk finish, Pandangan mata saat masuk finish, Pandangan mata saat masuk finish, Kecepatan saat masuk finish, Posisi badan saat masuk finish,dan Kecepatan lari setelah masuk finish

2. Identifikasi Masalah
Dengan adanya kurikulum berbasis kompetensi yang merupakan pedoman bagi guru dan merupakan bahan kegiatan dalam pembelajaran, maka siswa perlu mempelajari dan melaksanakan untuk mencapai kompetensi yang sudah dirumuskan. Untuk mencapai standar kompetensi tersebut bukanlah yang mudah. Adapun permasalahan-permasalahan yang muncul dilapangan adalah sebagai berikut:
1. Mencoba metode bermain dalam pembelajaran pendidikan olaharaga dan kesehatan untuk meningkatkan Upaya meningkatkan kemampuan lari jarak pendek 100 meter siswa melalui pendekatan bermain pada siswa kelas VII di SMP Negeri 4 Lahat Tahun Pelajaran 2009/2010.
2. Kurangnya pemahaman dari siswa tentang maksud dan tujuan pendidikan jasmani sehingga pada proses pembelajaran belum semua antusias untuk beraktivitas jasmani.
3. Untuk mengetahui Hasil belajar pendidikan jasmani olaharaga dan kesehatan siswa melalui pendekatan bermain

3. Batasan Masalah
Penelitian ini memiliki beberapa batasan yang perlu dikembangkan agar substansi penelitian ini tidak melebar dan agar dapat kesepahaman penafsiran tentang substansi yang ada dalam penelitian ini. Batasan-batasan masalah tersebut adalah sebagaimana berikut ini:
1. Penelitian ini hanya menitikberatkan pada model pembelajaran dengan pendekatan bermain untuk meningkatkan kemampuan lari jarak pendek 100 meter siswa melalui pendekatan bermain
2. Penelitian ini menerapkan model pembelajaran dengan pendekatan bermain pada pendidikan jasmani dalam upaya meningkatkan kemampuan lari jarak pendek 100 meter siswa melalui pendekatan bermain.

4. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, peneliti dapat merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apakah pembelajaran pendidikan jasmani dengan model pembelajaran dengan pendekatan bermain tingkat kemampuan lari jarak pendek 100 meter siswa dapat meningkat?
2. Seberapa besar peningkatan kemampuan lari jarak pendek 100 meter setelah mengikuti model pembelajaran dengan pendekatan bermain ?

5. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah :
1. Mengetahui perbedaan tingkat kemampuan lari jarak pendek 100 meter siswa dengan model pembelajaran pendekatan bermain dalam pendidikan jasmani.
2. Untuk mengetahui seberapa besar perbedaan tingkat kemampuan lari jarak pendek 100 meter siswa yang diajar dengan model pembelajaran dengan pendekatan bermain dalam pendidikan jasmani.
3. untuk mengetahui apakah melalui modul pendekatan bermain dapat meningkatkan kemampuan lari jarak pendek 100 meter siswa melalui pendekatan bermain pada siswa SMP 4 Lahat

6. Tinjauan Pustaka
6.1 Pengertian Lari Jarak Pendek
Menurut MoccaSPORT dalam situs http://www.moccasport.co.cc/2009/01/lari-jarak-pendek.html Lari jarak pendek adalah berlari dengan kecepatan penuh sepanjang jarak yang harus ditempuh, atau sampai jarak yang telah ditentukan. Lari jarak pendek terdiri dari lari 100 m, 200 m, 400 m. secara teknis sama. yang membedakan hanyalah pada penghematan penggunaan tenaga, karena perbedaan jarak yang harus ditempuh. Makin jauh jarak yang harus ditempuh makin banyak tenaga yang harus dibutuhkan. Namun dalam penelitian ini yang akan peneliti bahas adalah upaya meningkatkan kemampuan lari jarak pendek 100 meter siswa melalui pendekatan bermain pada siswa kelas vii di smp negeri 4 lahat
6.1.1 Start
Dalam perlombaan lari, ada tiga cara star, ialah :
- star berdiri (standing start)
- star jongkok (crouching start)
- start melayang (flying start)
6.1.2. Sikap start pada aba-aba bersedia
Perhatikan!!! Pada aba-aba bersedia pelari maju menuju garis start untuk menempatkan kaki tumpu pada balok start, kaki yang kuat diletakan di depan. letakkan tangan tepat di belakang garis start.
6.1.3. Hal-hal yang penting dalam sikap start:
 Letak tangan lebih lebar sedikit dari bahu, jari-jari dan ibu jari membentuk huruf V terbalik, bahu condong ke depan/sedikit di depan tangan, lengan lurus.
 Kepala sedemikian rupa sehingga leher tidak tegang, mata memandang ke lintasan kira-kira 2m atau pandangan di antara kedua lengan menghadap garis star.
 Tubuh rileks/ tidak kaku
 Pikiran dipusatkan pada aba-aba berikutnya.
 Jarak letak kaki terhadap garis star tergantung dari bentuk sikap yang dipegunakan:
6.1.4.Bunch Start
Letak kaki belakang terpisah kira-kira 25 – 30 cm. ujung kaki belakang ditempatkan segaris dengan tumit kaki muka bila dalam sikap berdiri. Jarak kaki dari garis star kira-kira: kaki depan 45 cm, kaki belakang 70 cm, tergantung dari panjang tungkai.
6.1.5. Medium Start
Pada waktu sikap berlutut, letak lutut kaki belakang di samping ujung kaki depan, jarak kaki dari garis star kira-kira kaki depan 37 cm, kaki belakng 85 cm, tergantung dari panjang tungkai.
6.1.6. Medium elongated strat
Pada waktu sikap berlutut, letak lutut kaki belakang di samping tengah-tengah lengkung telapak tangan kaki depan, jarak kaki dari garis star kira-kira: kaki muka 35 cm, kaki belakang 90 cm, tergantung dari panjang tungkai
6.1.7. Elongated Start
Pada waktu sikap lutut, letak lutut kaki belakang di samping bagian belakang dari tumit kaki depan, jarak kaki dai agis star kira-kira: kaki depan 32 cm, kaki belakang 100 cm, tergantung dari panjang tungkai masing-masing pelari.
6.1.8. Gerakan Pada Aba-Aba Siap
Angkat pinggul kearah atas hingga sidikit lebih tinggi dari bahu, jadi garis punggung menurun kedepan. Berat badan lebih kedepan. jaga keseimbngan sampai aba-aba berikutnya bunyi pistol. Kepala rendah, leher tetap rileks (santai aja!), pandangan ke arah garis star di antara bawah tangan. Lengan tetap lurus/ siku jangan bengkok. Pada waktu mengangkat pinggul disertai dengan mengambil nafas dalam-dalam. yang paling penting konsentrasi penuh pada bunyi pistol/ bunyi sempritan atau bunyi lainya yang disepakati bersama.
6.1.9 Gerakan Pada Saat Aba-Aba Ya
Ayunkan lengan kiri ke depan dan lengan kanan ke belakang kuat-kuat (gerakan lengan harus harmonis dengan gerak kaki). Kaki kiri menolak kuat-kuat sampai terkadang lurus. kaki kanan melangkah secepat mungkin, serendah mungkin mencapai tanah pada langkah pertama. Berat badan harus meluncur lurus kedepan, dari sikap jongkok berubah kesikap lari, berat badan harus naik sedikit demi sedikit tidak langsung tegak, hindarkan gerakan ke samping. Langkah lari makin lama makin menjadi lebar, enam sampai sembilan langkah pertama merupak langkah peralihan. Bernafas seperti biasa, menahan nafas berarti menegakkan badan.
Suatu hal yang perlu mendapat perhatian sebelum melakukan star ialah pemanasan dengan sebaik-baiknya, merangsang persendian dan meregang otot-otot ditambah dengan gerakan lari cepat. Hal itu dilakukan untuk mencegah kemungkinan terjadinya cidera otot.
6.1.10. Gerakan finis
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan pada waktu pelari mencapai finis.
Lari terus tanpa perubahan apapun. Dada dicondongkan ke depan, tangan kedua-duanya diayunkan ke bawah belakang, atau dalam bahasa jawa disebut ambyuk. Dada diputar dengan ayunan tangan ke depan atas sehingga bahu sebelah maju ke depan, yang lazim disebut The String.
Jarak 20 meter terakhir sebelum garis finis meupakan perjungan untuk mencapai kemenangan dalam perlombaan lari, maka yang perlu diperhatikan adalah kecepatan langkah, jangan menengok lawan, jangan melompat, dan jangan perlambat langkah sebelum melewati garis finis.

6.2 Tujuan pendidikan Jasmani olahraga dan kesehatan
Dalam bukunya (Toto Subroto: 2007) mengatakan tujuan Pendidikan Jasmani:
a. Meletakkan landasan karakter yang kuat melalui internalisasi nilai dalam pendidikan jasmani
b. Membangun landasan kepribadian yang kuat, sikap cinta damai, sikap sosial dan toleransi dalam konteks kemajemukan budaya, etnis dan agama
c. Menumbuhkan kemampuan berfikir kritis melalui tugas-tugas pembelajaran Pendidikan Jasmani
d. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerjasama, percaya diri, dan demokratis melalui aktivitas jasmani
e. Mengembangkan keterampilan gerak dan keterampilan teknik serta strategi berbagai permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, senam, aktivitas ritmik, akuatik (aktivitas air) dan pendidikan luar kelas (Outdoor education)
f. Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani
g. Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri dan orang lain
h. Mengetahui dan memahami konsep aktivitas jasmani sebagai informasi untuk mencapai kesehatan, kebugaran dan pola hidup sehat
i. Mampu mengisi waktu luang dengan aktivitas jasmani yang bersifat rekreatif.
Sedangkan (Menurut Engkos Kosasih 1984:5) Sebagai tujuan umum dapat dikemukakan pembentukan anak menjadi manusia yang sempurna. Sedangkan tujuan yang paling utama adalah:
- Mempertinggi daya tahan
- Memperbesar tenaga otot
- Mempertinggi keseimbangan emosional
- Mempertinggi efessiesnsi dari pada fungsi-fungsi tubuh
- Mempertinggi daya akspresif dan daya kreatif
- Mempertinggi ketangkasan membela diri dalam keadaa-keadaan darurat
- Memeprtinggi kecekatan untuk menjalankan macam-macam pekerjaan dan tujan-tujuan kreatif
- Memupuk sifat kepemimpinan
- Memupuk rasa persatuan
- Memupuk sifat yang positif untuk memajukan kesehatan
- Memupuk kesadaran untuk bertanggung jawab
- Mengadakan latihan-latihan yang bersifat pembelaan (korektif) terhadap kelainan-kelainan jasmaniah dan gangguan-gangguan emosionil yang mungkin ada
- Memupuk prinsip-prinsip demokrasi.

6.3 Karakteristik Pendidikan Jasmani olaharaga dan kesehatan
Pendidikan Jasmani merupakan salah satu mata pelajaran yang ada di SMP/MTs, yang mempelajari dan mengkaji gerak manusia secara interdisipliner. Gerak manusia adalah aktivitas jasmani yang dilakukan secara sadar untuk meningkatkan kebugaran jasmani dan keterampilan motorik, mengembangkan sikap dan perilaku agar terbentuk gaya hidup yang aktif. Aktivitas jasmani yang dilakukan berupa aktivitas bermain, permainan, dan olahraga.

6.4 Karakteristik Siswa SMP/MTs
Selama di SMP/MTs, seluruh aspek perkembangan manusia yaitu psikomotor, kognitif, dan efektif mengalami perubahan yang luar biasa. Siswa SMP/MTs mengalami masa remaja, satu periode perkembangan sebagai transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Masa remaja dan perubahan yang menyertainya merupakan fenomena yang harus dihadapi oleh guru.

6.5 Model Pembelajaran dengan Pendekatan Bermain
Pendekatan permainan adalah suatu proses penyampaian pengajaran dalam bentuk bermain tanpa mengabaikan materi inti. Permainan yang dimaksukan disini adalah permainan kecil yang materinya disesuaikan dengan standar kompetensi dalam kurikulum. Permainan kecil ini dapat digunakan untuk mengajar Atletik, senam dan cabang olahraga lainnya yang ada hubunganya dengan pendidikan jasmani.
Menurut (Soetoto Pontjopoetro, dkk: 2007) Teoro-teori dalam bermain yang di kemukakan para ahli dianataranya:
1. Teori kelebihan tenaga dari Hebert spencer, yang isinya mengatakan tenaga belebihan yang ada pada anak itu menuntut jalan keluar dan dapat di salurkan dalam permainan. Lebih-lebih bagi para pemuda yang kurang mendapatkan kesempatan untuk mengeluarkan atau melayani hasyrat berkgeraknya, teori ini tepat sekali
2. Teori rekreasi dari scaller dan lazarus. Teori ini mengungkapkan bahwa permainan itu adalah keasikan yang bukan dalam bentuk bekerja dan bermaksut untuk bersenang-senang serta istirahat. Permainan dilakukan orang setelah lelah bekerja dan bermaksut menyegarkan kembai jiwa dan raganya.
3. Teori atavisme dari Stanley hall. Menerangkan bahwa permainan anak itu adalah ulangan dari kehidupan nenek moyangnya. Teori ini boleh dikatakan sesuai dengan pendapat haeckel, yang negatakan bahwa menurut hokum dasar biogenese tiap-tiap anak itu mengulangi perbuatan nenek moyangnya.
4. Teori persiapan atau latihan dari Groos. Yang isi pokoknya memandang bermain itu sebagai bentuk latihan manusia belum dewasa untuk menyiapkan fungsi-fungsi bagi keperluan hidup.
5. Teori dari katarsis dari ariestoteles, memandang bermain itu sebagai saluran untuk menyalurkan segala emosi yang tertahan dan menyalurkan emosi yang tidak dapat dinyatakan kearah yang baik.
6. Teori fantasi (fiksi) dari claparade, anak itu bermain karena dalam kehidupannya sehari-hari ia tidak dapat kepuasan, sehingga ia melarikan diri kedalam fantasi didalam permainannnya, tempat ia dapat melepaskan segala kehendak dan kemauanya, dapat menjadi raja, brkuasa dan sebagainya.
7. Teori relaksasi dari Patrick, bahwa bermain adalah menyenangkan dan dilakukan karena ingin bermain. Bermain adalah cara untuk melepaskan diri dari segala beban kehidupan dan segala macam paksaan. Bermain menimbulkan kepuasan menghilangkan ketegangan dan tekanan yang ada pada diri pribadi.
Dari beberapa teori diatas maka dalam Pendidikan jasmani untuk anak harus lebih menekankan kepada aspek permainan dari pada teknik cabang olahraganya karena bermain adalah kebutuhan yang harus dipenuhi oleh setiap manusia pada umumnya dan siswa khususnya. Jadi dengan demikian permainan dikonsentrasikan pada pendekatan memahami masalah yang didasarkan atas domein kognitif, dirancang oleh guru untuk mengarahkan siswa memahami kegiatan dan tujuan ketrampilan dalam kegiatan tersebut. Pendekatan ini memungkinkan guru untuk membantu kelompok kecil atau individu yang tekniknya masih kurang.
Menurut (Herman Subarja: 2007) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan bermain, yaitu:
1. Menentuan topik permainan yang berhubungan dengan materi pembelajaran
2. Menentukan anggota pemain dan apa bila diperlukan memisahkan antara laki-laki dan perempuan
3. Pada setiap pelaksanaannya diupayakan mulai dari awal kegiatan kita ciptakan suasana yang menarik, kita hilangkan kesan bahwa aktivitas jasmani merupakan kegiatan yang membuat lelah.
4. Kita beri kesempatan pada siswa mulai dari awal pemanasan dengan beraktivitas jasmani sambil bersendau gurau, bernyanyi, biarkan sambil berteriak, yang pasti mereka harus beraktivitas baik secara berpasangan atuapun berkelompok.
5. Setelah mereka melakukan pemanasan sambil membuat lingkaran atau dengan cara berkumpul yang menarik, kita beri penjelasan tentang kegiatan inti dengna pendekatan bermain. Selanjutnya setelah mereka memahami tentang tata cara bermainnya dibagi kelompok. Biarkan mereka bermain sekalipun ada yang sambil berteriak yang penting mereka senang. Tanpa mereka sadari mereka telah melaksanakan aktivitas jasmani selama jam pelajaran berlangsung.
Unsur pendidikan yang di dapat adalah 1) unsur kognitif : melatih anak untuk dapat mencermati medan dengan cepat, mengambil keputusan dengan cepat dan tepat, memprediksi kegagalan, mengantisipasi permasalahan dengan cepat. 2) Afektif : melatih anak untuk bersikap sportif, fair play, bekerjasama, bersosialisasi 3) psikomotorik. Dengan melakukan kegiatan aktivitas jasmani sambil bermain ini anak akan memiliki kemampuan motorik yang tinggi, terdapat unsur-unsur endurance, flexibility, agality, speed, coordination

6.6.kerangka berfikir
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan banyak sekali hal-hal yang dapat mempengaruhi kemampuan belajar siswa, salah satunya yaitu melalui aktifitas bermain. bermain dapat digunakan sebagai bentuk kegiatan siswa dalam upaya menjaga dan sekaligus meningkatkan kemampuan siswa Dengan mempertimbangkan karakter dan perkembangan siswa guru harus dapat merencanakan dengan matang proses pembelajaran. Dalam membuat perencanaan tersebut guru bisa menggunakan pendekatan, teknik, metode ataupun model pembelajaran.



7. Metode Penelitian
7.1. Metode
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan Olahraga. Dengan penelitian tindakan kelas peneliti dapat mencermati suatu obyek dalam hal ini siswa, menggunakan pendekatan atau model pembelajaran tertentu untuk meningkatkan kemampuan lari jarak pendek 100 meter siswa. Melalui tindakan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu dalam bentuk rangkaian siklus kegiatan. Dengan demikian perkembangan dalam setiap kegiatan dapat terpantau. Rancangan penelitian tindakan kelas ini diambil karena peneliti berpartisipasi langsung dalam proses penelitian, mulai dari awal penelitian sampai dengan berakhirnya penelitian. selain itu, rancangan penelitian ini diambil karena masalah yang diangkat terjadi dalam situasi nyata, yaitu upaya meningkatkan kemampuan lari jarak pendek 100 meter siswa melalui pendekatan bermain dalam pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan
Melalui pendekatan bermain dalam pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan kita berupaya dapat meningkatkan kemampuan lari jarak pendek 100 meter siswa dan dapat mengetahui tingkat keberhasilan yang kita capai dengan menggunakan metode ini.
Menurut (Herman Subrajah, 2007:10) beberapa tujuan yang ingin dicapai dengan bermain adalah.
1. Memberikan pengalaman gerak kepada anak sehingga semakin banyak jenis dan bentuk permainan yang dilakukan anak maka anak akan semakin kaya pengalaman geraknya
2. Merangsang dan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak.
3. Menyalurkan kelebihan tenaga pada anak
4. Memanfaatkan waktu senggang
5. Memelihara dan meningkatakan kesegaran jasmani
6. Meningkatkan penegtahuan dan wawasan pada anak teutama untuk memenuhi rasa ingin tahu anak.
7. Mengembangakan kemampuan koknitif, afektif, dan psikomotorik.
8. Menanamkan kerjasama, rasa sosial, dan saling tolong menolong.
9. Mencapai prestasi dalam suatu pertandingan.
Berkaitan dengan hal itu dengan metode pendekatan bermain kita beri pemahaman kepada siswa tentang dan maksut dari pemebelajaran jasmani olaharaga dan kesehatan dan mecoba pencapaian hasil belajar siswa dengan metode bermain tersebut.
7.2. Prosedur penilaian
7.2.1. Siklus I
a. Merencanakan
b. Memilih permainan yang berhubungan dengan materi materi lari sprint
c. Menyusun rencana pembelajaran untuk pelakasanan siklus pertama
d. Menyiapkan lembar kerja seperti observasi, wawancara dan catatan lapangan
e. Mengkoordinasi program kerja pelaksanaan tindakan dengan guru mata pelajaran
f. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun
g. Mengamati aktifitas siswa selama kegiatan
h. Merefleksi.
Yaitu untuk melihat keseluruhan perlaksanaan dan hasil belajar siswa jika kriteria belum mencapai sasaran maka akan dilakasanakan tindakan ke II dengan materi dan permaian yang sama
Permainan kecil yang akan dilaksanakan untuk materi pelajaran Atletik (lari sprint) pada siklus ini adalah sebagai berikut,
Pelaksanaan :
Kegiatan awal (10 s/d 15 menit) : Pemanasan (membentuk permainan kecil dengan nama Permainan mengejar dan dikejar)
Cara permainan : Siswa dibagi atas dua bagian sama banyak yang terdiri dari regu A dan regu B. Lapangan diberi dua buah tanda dengan jarak 20 m. Setiap regu berdiri disamping kanan tanda. Permainan dimulai, setelah guru membunyikan pluit. Apabila permainan telah dimulai maka regu A mengejar regu B dan regu B mengejar regu A, dengan ketentuan anggota regu tidak boleh lari berbalik arah dan tidak boleh memotong ketengah tanda yang telah ditentukan. Permainan berakhir apabila seorang dari salah seorang anggota regu dapat oleh regu lain ( putra mengejar putra dan putri mengejar putri). Dengan berakhirnya permainan seorang guru Penjasorkes dapat memberikan sangsi bagi regu yang kalah berupa :apakah push up 3-5 kali, sit up 3-5, atau melompat-lompat 10 kali. Kegiatan ini dapat dilakukan 3 seri.
Kegiatan Inti (70 menit) : Disajikan teknik lari sprint dan diselingi dengan perlombaan perorangan atau perlombaan antar kelompok Kegiatan akhir ( 5 menit) : Untuk pelemasan diadakan salah satu kegiatan seperti massage secara bergembira atau kegiatan lari jogging keliling lapangan sambil bersorak gembira
Dengan adanya unsur permainan kecil yang dimunculkan dalam setiap pertemuan dengan siswa dalam proses belajar mengajar baik itu untuk pemanasan maupun pelajaran inti atau kegiatan akhir, maka kita sebagai seorang guru. Penjasorkes dapat membantu siswa untuk mencapai salah satu unsur kegembiraan. Dalam permaianan kecil unsure kegembiraan sangat diutamakan sekali. Kegembiraan yang dimaksud disini dalam arti yang paling disenangi anak dalam bermain adalah kegembiraan dan menikmati setiap gerakan yang dilakukan. Anak berlari, melompat dan berputar sambil menjerit dengan gembira sebagai ungkapan rasa riang dalam hidupnya sehingga mereka dapat melupakan sejenak kegiatan rutinitasnya sehari-hari yang selalu disibukkan dengan berbagai macam persoalan yang ada dalam kehidupannya, seperti sebagai seorang siswa selalu menghadapi pelajaran yang sangat berat di sekolah sedangkan di rumah dihadapkan dengan setumpuk pekerjaan rumah yang harus diselesaikannya dan juga membantu orang tuanya dirumah. Dengan adanya unsur kegembiraannya tadi anak dalam berolahraga tanpa disadarinya dia telah melakukan gerakan-gerakan yang sulit, dapat mengatasi permasalahan dengan cepat, dan dapat bertindak dalam seketika.
Dalam hubungannya dengan pendekan bermain ini berupaya membentuk keterampilan gerak dasar yang bermanfaat dalam usaha meningkatkan hasil belajar siswa.
7.2.2. Siklus II
a. Merencanakan
b. Memilih permainan yang berhubungan dengan materi lari sprint
c. Menyusun rencana pembelajaran untuk pelakasanan siklus pertama
d. Menyiapkan lembar kerja seperti observasi, wawancara dan catatan lapangan
e. Mengkoordinasi program kerja pelaksanaan tindakan dengan guru mata pelajaran
f. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun
g. Mengamati aktifitas siswa selama kegiatan
h. Merefleksi.
Yaitu untuk melihat keseluruhan perlaksanaan dan hasil belajar siswa jika kriteria belum mencapai sasaran maka akan dilakasanakan tindakan ke II dengan materi yang sama dan permaian yang sama atau permaian lain yang berhubungan dengan meningkatkan hasil belajar lari sprint 100 meter.
7.2.3. Siklus III
Pada siklus ini dilakukan setelah melihat perkembangan tingkat keberhasilan siswa dalam menyerap materi dengan pendekatan bermain. Setelah dilakukan tes dan diamati dapat dilakukan tindakan selanjutnya
a. Merencanakan
b. Memilih permainan yang berhubungan dengan materi lari sprint
c. Menyusun rencana pembelajaran untuk pelakasanan siklus pertama
d. Menyiapkan lembar kerja seperti observasi, wawancara dan catatan lapangan
e. Mengkoordinasi program kerja pelaksanaan tindakan dengan guru mata pelajaran
f. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun
g. Mengamati aktifitas siswa selama kegiatan
h. Merefleksi.
Yaitu untuk melihat keseluruhan perlaksanaan dan hasil belajar siswa jika kriteria belum mencapai sasaran maka akan dilakasanakan tindakan ke III dengan materi yang sama dan permaian yang sama atau permaian lain yang berhubungan dengan meningkatkan hasil belajar lari sprint 100 meter.

7.3. populasi dan sampel.
7.3.1. Populasi Penelitian
”Populasi adalah keseluruhan objek penelitian” (Arikunto, 2006 :130) berdasarkan pengertian tersebut, maka yang menjadi objek dalam penelitian secara keseluruhan adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 4 Lahat tahun ajaran 2009/2010.
Untuk lebih jelasnya, populasi dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini, yaitu sebagai berikut :
Kelas Jenis Kelamin Jumlah
Perempuan Laki-laki
VII. 1 18 22 40
VII. 2 16 24 40
VII. 3 20 20 40
Sumber : Tata Usaha SMP Negeri 4 Lahat TA 2008/2010
7.3.2. Sampel Penelitian
”Sampel adalah sebagian yang diambil atau yang memiliki dari populasi yang diteliti” (Arikunto, 2006 :131). Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel yaitu menggunakan teknik Simple Random Sampling, yaitu dengan mengambil satu kelas yang ditentukan berdasarkan undian dengan syarat semua kelas SMP Negeri 4 Lahat adalah kelas homogen.

7.4. lokasi dan pelaksanaa Tindakan
7.4.1. lokasi
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 4 Lahat yang berlokasi di Gunung Gajah Lahat.
7.4.2. Pelaksana Tindakan
Pada setiap siklus diupayakan mulai dari awal kegiatan kita ciptakan suasana yang menarik, kita hilangkan kesan bahwa aktivitas jasmani merupakan kegiatan yang membuat lelah. Kita beri kesempatan pada siswa mulai dari awal pemanasan dengan beraktivitas jasmani sambil bersendau gurau, bernyanyi, biarkan sambil berteriak, yang pasti mereka harus beraktivitas baik secara berpasangan atuapun berkelompok.
Setelah mereka melakukan pemanasan sambil membuat lingkaran atau dengan cara berkumpul yang menarik, kita beri penjelasan tentang kegiatan inti dengna pendekatan bermain. Selanjutnya setelah mereka memahami tentang tata cara bermainnya dibagi kelompok. Biarkan mereka bermain sekalipun ada yang sambil berteriak yang penting mereka senang. Tanpa mereka sadari mereka telah melaksanakan aktivitas jasmani selama jam pelajaran berlangsung.

7.5. Pengumpulandan sumber data Data
Dalam penelitian ini instrumen yang dipakai adalah Instumen Tes Lari Sprint 100 Meter dan instrumen non tes yaitu Observasi.
7.5.1. Instumen Tes Lari Sprint100 Meter.
Instrumen tes yang digunakan adalah tes hasil belajar dengan menggunakan tes lari sprint 100 meter. Pedoman penilaian dapat berupa daftar periksa observasi atau skala penilaian yang harus mengacu pada hasil belajar. Soal/lembar tugas/perintah kerja ini selanjutnya dijabarkan menjadi aspek-aspek keterampilan yang diamati.
Menurut sumber dari http://js.docstoc.com/docs/1991294/2-Pengembangan-Perangkat-Penilaian Psikomotor270208. Cara menuliskan daftar periksa observasi atau skal penilaiannya sebagai berikut.
a. Mencermati hasil belajar (dalam hal ini lari cepat 100 m)
b. Mengidentifikasi aspek-aspek keterampilan kunci dalam lari 100 meter dalam hal ini aspek –aspek keterampilan kunci itu adalah :
1. posisi mulai (starting position),
2. teknik mulai (starting action),
3. teknik lari (sprinting action), dan
4. teknik memasuki garis finish (finishing action).
c. Mengidentifikasi aspek-aspek keterampilan dari setiap aspek keterampilan kunci (dalam hal ini aspek keterampilan kunci posisi mulai/starting position dirinci menjadi aspek keterampilan memposisikan kaki, tangan, badan, pandangan mata, dan posisi tungkai pada saat aba-aba “siap”).
d. Menentukan jenis instrumen untuk mengamati kemampuan peserta didik, apakah daftar periksa observasi atau skala penilaian
e. Menuliskan aspek-aspek keterampilan dalam bentuk pertanyaan/ pernyataan ke dalam tabel
f. Membaca kembali skala penilaian atau daftar periksa observasi untuk meyakinkan bahwa instrumen yang ditulisnya sudah tepat
g. Meminta orang lain untuk membaca atau menelaah instrumen yang telah ditulis untuk meyakinkan bahwa instrumen itu mudah dipahami oleh orang lain.
Untuk lembar penilaian “Lari cepat 100 meter” yang butirnya ada 20 dengan rentang skor tiap butir 1 sampai dengan 5, maka skor minimalnya 20 dan skor maksimalnya 100. Ini berarti bahwa peserta didik yang mendapat skor 20 diartikan gagal total, sedangkan peserta didik yang mendapat skor 100 diartikan berhasil secara sempurna. Sebagai contoh perhatikan tabel dan penjelasan berikut.
No Pernyataan Skor hasil penilaian Skor
butir
5 4 3 2 1
Starting position
1 Posisi lutut waktu jongkok
2 Posisi tangan waktu jongkok
3 Posisi punggung waktu jongkok
4 Pandangan mata saat start
5 Posisi tungkai saat aba-aba siap

Starting action
6 Gerakan kaki dan tangan saat mulai lari
7 Posisi lutut saat kaki kiri menolak pada waktu lari dimulai
8 Kecepatan gerakan kaki kanan setelah kaki kiri digerakkan
9 Jangkauan ayunan dan ketinggian kaki kanan
10 Posisi lutut saat kaki kanan mendarat di tanah


Sprinting action
11 Keadaan lutut kaki belakang saat menolak ke depan
12 Keadaan telapak kaki saat kaki depan menapak ke tanah
13 Sumber ayunan lengan saat lari
14 Posisi siku saat lari
15 Posisi badan saat lari

Finishing action
16 Gerakan kaki saat masuk finish
17 Pandangan mata saat masuk finish
18 Kecepatan saat masuk finish
19 Posisi badan saat masuk finish
20 Kecepatan lari setelah masuk finish
Jumlah

Apabila ditetapkan batas kelulusan 75% dari skor maksimal maka peserta didik yang mendapat skor 75 ke atas dikatakan pada siklus pertama maka dikaatakan lulus sedangkan peserta didik yang mendapat skor kurang dari 75 diharuskan maka akan dilakukan program siklus berikutnya.
Pada lembar penilaian “Lari cepat 100 meter” dengan bobot untuk kelompok starting position = 25%, starting action = 25%, sprinting action = 30%, dan kelompok finishing action 20% dari skor maksimal, bobot tiap-tiap butir sama dengan bobot kelompok itu dibagi dengan jumlah butir, jadi bobot tiap-tiap butir dalam kelompok aspek keterampilan starting position adalah 5%, starting action 5%, sprinting action = 6%, dan finishing action 4% dari skor maksimal. Oleh karena skor maksimalnya 100 maka bobot tiap-tiap butir dalam kelompok aspek keterampilan starting position adalah 5, starting action = 5, sprinting action = 6, dan finishing action 4. Dengan demikian, skor tiap-tiap butir yang sudah ditentukan bobotnya sama dengan skor butir sebelum ditentukan bobotnya dibagi banyaknya pilihan jawaban dikalikan bobot tiap-tiap butir. Berikut table penilaian dengan bobot penilaian hasil belajar lari sprint 100 meter

Skor butir
Skor perolehan

Skor maksimal
X bobot

No Pernyataan Skor hasil penilaian Skor
butir
5 4 3 2 1
Starting position (bobot 25%)
1 Posisi lutut waktu jongkok
2 Posisi tangan waktu jongkok
3 Posisi punggung waktu jongkok
4 Pandangan mata saat start
5 Posisi tungkai saat aba-aba siap
Starting action(bobot 25%)
6 Gerakan kaki dan tangan saat mulai lari
7 Posisi lutut saat kaki kiri menolak pada waktu lari dimulai
8 Kecepatan gerakan kaki kanan setelah kaki kiri digerakkan
9 Jangkauan ayunan dan ketinggian kaki kanan
10 Posisi lutut saat kaki kanan mendarat di tanah
Sprinting action(bobot 30%)
11 Keadaan lutut kaki belakang saat menolak ke depan
12 Keadaan telapak kaki saat kaki depan menapak ke tanah
13 Sumber ayunan lengan saat lari
14 Posisi siku saat lari
15 Posisi badan saat lari

Finishing action(bobot 20%)
16 Gerakan kaki saat masuk finish
17 Pandangan mata saat masuk finish
18 Kecepatan saat masuk finish
19 Posisi badan saat masuk finish
20 Kecepatan lari setelah masuk finish
Jumlah

Untuk daftar periksa observasi “Lari cepat 100 meter” yang butirnya 20 dengan skor tiap-tiap butir 1 untuk jawaban “ya” dan 0 untuk jawaban “tidak” maka skor minimalnya 0 dan skor maksimalnya 20. Ini berarti bahwa peserta didik yang mendapat skor 0 diartikan gagal total, sedangkan peserta didik yang mendapat skor 20 diartikan berhasil secara sempurna.
Khusus untuk daftar di atas, apabila rentang skor yang digunakan 0 sampai dengan 100 maka skor akhir yang diperoleh peserta didik dikalikan dengan 5, yaitu angka konversi dari skor maksimal 20 menjadi skor maksimal 100. berikut table penilaian daftar observasi
No Pernyataan Hasil observasi Skor
butir
ya tidak
Starting position
1 Posisi lutut waktu jongkok
2 Posisi tangan waktu jongkok
3 Posisi punggung waktu jongkok
4 Pandangan mata saat start
5 Posisi tungkai saat aba-aba siap

Starting action
6 Gerakan kaki dan tangan saat mulai lari
7 Posisi lutut saat kaki kiri menolak pada waktu lari dimulai
8 Kecepatan gerakan kaki kanan setelah kaki kiri digerakkan
9 Jangkauan ayunan dan ketinggian kaki kanan
10 Posisi lutut saat kaki kanan mendarat di tanah

Sprinting action
11 Keadaan lutut kaki belakang saat menolak ke depan
12 Keadaan telapak kaki saat kaki depan menapak ke tanah
13 Sumber ayunan lengan saat lari
14 Posisi siku saat lari
15 Posisi badan saat lari
Finishing action
16 Gerakan kaki saat masuk finish
17 Pandangan mata saat masuk finish
18 Kecepatan saat masuk finish
19 Posisi badan saat masuk finish
20 Kecepatan lari setelah masuk finish
Jumlah
Jumlah skor yang di peroleh adalah harus 75 dan apa bila kurang dari itu maka belum dikatakan berhasil dan dilakukan tes yang kedua atau siklus kedua sampai mencapai skor 75.
Penilaian yang diselenggarakan oleh pendidik mempunyai banyak kegunaan, baik bagi peserta didik, satuan pendidikan, ataupun bagi pendidik sendiri. Secara rinci dapat dijelaskan manfaat penilaian, yaitu:
a. Mengetahui tingkat ketercapaian Standar Kompetensi yang sudah dijabarkan ke Kompetensi Dasar.
b. Mengetahui pertumbuhan dan perkembangan kemampuan peserta didik.
c. Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik.
d. Mendorong peserta didik belajar/berlatih.
e. Mendorong pendidik untuk mengajar dan mendidik lebih baik.
f. Mengetahui keberhasilan satuan pendidikan dan mendorongnya untuk berkarya lebih terfokus dan terarah.
Untuk mendapatkan manfaat seperti yang telah dijelaskan di atas maka perlu dilakukan analisis terhadap hasil tes/penilaian yang telah dicapai oleh peserta didik. Caranya yaitu dengan membuat tabel spesifikasi yang dapat menunjukkan kompetensi dasar, indikator, atau aspek keterampilan mana yang belum dikuasai oleh peserta didik. Selanjutnya, aspek keterampilan yang belum dikuasai itu dituliskan dalam kolom keterangan. Analisis hasil tes dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel Analisis Hasil Tes
Jenis Sekolah :
Mata pelajaran :
Kelas/Semester :
Jenis ujian :
Nama Peserta didik :
Kompetensi Dasar Jumlah butir yang diujikan Jumlah butir yang betul Persentase keber- hasilan Penguasaan Keterangan
1.1 Mempraktikkan keterampilan atletik dengan menggunakan peraturan yang dimodifikasi serta nilai kerjasama, kejujuran, menghargai, semangat, dan percaya diri Mendemons-trasikan lari cepat dengan teknik yang benar

7.5.2. Observasi
Pengamatan atau observasi adalah kegiatan pengamatan penambilan data untuk mengetahui seberapa jauh efek tindakan yang mencapai sasaran,(Kunandar,S.pd 2008:142). Pengamatan partisipatif dilakuklan oleh orang yang terlibat secara aktif dalam proses pelaksanaan dan tindakan. Pengamatan ini dapat dilaksanakan dengan pedoman pengamatan(format, daftar cek), catatan lapangan, jurnal harian, observasi aktifitas di kelas penggambaran interkasi siswa, alat perekam elektrinik, atau pemetaan kelas. Observasi dilakukan oleh peneliti sekaligus pengamat yaitu guru mata pelajaran Penjasorkes dengan menggunakan lembar observasi
7.6. Prosedur Pengumpulan Data
Penulis mengumpulkan data dari :
1) Data hasil observasi pada siswa dilihat dari hasil belajar pendidikan jasmani oalaharaga dan kesehatan yang diperoleh
2) Data tentang proses pembelajaran pada saat dilaksanakannya tindakan diambil dengan pengamatan pada anak didik.
3) Data tentang refleksi serta perubahan-perubahan yang terjadi pada tingkat keberhasilan belajar pendidikan jasmani olaharaga dan kesehatan diambil dari hasil pengamatan, hasil evaluasi dan diskusi atau wawancara antara guru dengan peneliti.

7.7.Analisis Data
Data penelitian yang terkumpul dianalisis dengan model alir (flow model) yang meliputi tahap-tahap, yaitu sebagai berikut :
1) Mereduksi Data
Mereduksi data adalah kegiatan menyeleksi, menfokuskan dan menyederhanakan semua data yang telah diperoleh dari awal pengumpulan data sampai penyusunan laporan penelitian.
2) Penyajian Data
Penyajian data adalah proses kegiatan pembelajaran, serta hasil yang diperoleh dari hasil observasi. Data yang telah disajikan selanjutnya dibuat penafsiran dan evaluasi untuk membuat perencanaan tindakan selanjutnya.
3) Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan adalah memberikan kesimpulan terhadap hasil penafsiran dan evaluasi. Kegiatan ini mencakup pencarian makna data serta memberi penjelasan.
DAFTAR RUJUKAN
Djoko Pekik Irianto:2000. Panduan Latihan Kebugaran (Yang Efektif dan Aman). Yogyakarta : Lukman Offset
http://js.docstoc.com/docs/1991294/2-Pengembangan-Perangkat-Penilaian Psikomotor270208
http://www.moccasport.co.cc/2009/01/lari-jarak-pendek.html
Kosasih, Engkos. Olahraga Teknik dan Program Latihan. Jakarta : Akademika Pressindo
Kunandar. 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengamatan Profesi Guru. Jakarta : Rajawali Pers.
Pontjopoetro, Soetoto. Permainan Anak Tradisional. Jakarta : Universitas Terbuka
Subarjah, Herman.2007: Permainan kecil disekolah dasar. Jakarta: universitas terbuka,
Suharto dan Agung, Hartomo. 2002. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta. PT Adi Mahasatya
Subroto, Toto.2007: Stategi Pembelajaran Penjas,Jakarta: Universitas Terbuka,
Tamat, Tisnowati dan mirman, Moekarto 2000 Pendidikan Jasmani dan Kesehatani jakarta : Universitas terbuka.

Tidak ada komentar: